Monday, November 27, 2006

PENDIDIKAN ANAK NAGARI DAN SEGALA PERMASALAHANNYA

Saat ini Saniangbaka telah mempunyai sebuah lembaga pendidikan, yang diberi nama Lembaga Peduli Pendidikan Saniangbaka Nan Sejahtera (LAPPENSRA), lembaga ini nantinya bertugas membenahi masalah pendidikan anak nagari Saniangbaka. Pembentukan lembaga ini merupakan tindak lanjut dari seminar sehari pada tanggal 17 Agustus 2005, yang bertema Menuju Saniangbaka Menjadi Nagari Pendidikan, hal ini menandakan keseriusan pihak nagari untuk membenahi masalah pendidikan Saniangbaka, sekaligus menandakan terjadinya perubahan arah pembangunan nagari, dari pembangunan infrastruktur kearah pembangunan sumber daya manusia.
Gebrakan ini termasuk luar biasa dan bernilai strategis, dimana ditengah keterpurukan pendidikan Sumatera Barat, apalagi dengan maraknya kasus ijazah bodong (palsu) Saniangbaka tampil kepermukan dengan membenahi sektor pendidikan. Walaupun masih terbatas untuk nagari Saniangbaka, kalau ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yang konkrit gerakan ini akan menjadi lokomotif bagi nagari-nagari lain dalam menggerakkan sektor pendidikan di Kab. Solok khususnya dan Sumatera Barat secara keseluruhan.
Pada saat ini prestasi pendidikan Saniangbaka cenderung mengalami penurunan yang cukup drastis, ditandai dengan minimnya prestasi yang diraih putra-putri Saniangbaka dibidang pendidikan. Begitu juga dengan sarjananya yang kesuiltan menembus dunia kerja, sangat sedikit dari mereka yang berkiprah di pemerintahan maupun di instansi-instansi swasta, sehingga banyak yang banting stir jadi pedagang. Ini merupakan sinyal bagi kita untuk segera membenahi masalah pendidikan anak nagari kita.
Untuk membenahi kompleksnya permasalahan pendidikan Saniangbaka. Ada banyak hal yang perlu segera dibenahi, mulai dari rendahnya komitmen masyarakat sampai kepada masalah biaya pendidikan yang semakin hari semakin bertambah tinggi. Menurut hemat penulis secara garis besar masalah pendidikan kontemporer(terkini) di nagari Saniangbaka dapat dikelompokkan kedalam 2 pokok permasalahan :

1. Pendidikan Dasar Menengah
Untuk pendidikan dasar menengah Saniangbaka mempunyai reputasi yang cukup bagus di Kab. Solok, ditandai dengan seringnya putra-putri Saniangbaka meraih juara umum di tingkat SMP ataupun SMA Penulis masih ingat dari awal tahun 1980 s/d awal tahun 1990, sangat banyak putra-putri Saniangbaka yang berhasil masuk sekolah-sekolah favorit di Kota Solok.Bahkan ada diantara mereka yang meraih juara umum disekolah, diantaranya adalah Arif Fadillah , Zulheldi yang berjaya di awal tahun 1980-an, Linda Asmara, Roy Mikhel, Ira, Hengki, generasi tahun 1990-an,dan banyak lagi yang lainnya. Tapi semua itu hanya tinggal kenangan karena belakangan ini prestasi pendidikan kita terus menurun. Kalau kita cermati ada beberapa permasalahan yang menyebabkan kemerosotan pendidikan Saniangbaka di tingkat dasar menengah ini, yaitu
a. Rendahnya kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan bagi anak mereka.
Bagi sebagian orang tua pendidikan anak bukan lagi menjadi prioritas utama. Mereka lebih mendukung anak mereka pergi merantau ketimbang melanjutkan pendidikan. Sehingga motivasi yang diberikan kepada anak untuk belajar jauh berkurang. Seperti keluhan beberapa orang guru di kampung, bahwasanya “untuk membayar uang minyak satekong bareh, atau uang sakola 5000 sabulan se indak ado pitih rah, tapi kalau untuk atau mamasang togel atau bajudi pitih ndak susah kalua e rah,” kondisi ini yang menyebabkan kemauan dan semangat belajar anak jauh menurun.
b. Kurangnya pengawasan terhadap proses pendidikan anak, sangat sedikit orang tua yang peduli terhadap pendidikan anaknya. Sebagian besar orang tua tidak mau tahu apakah anaknya sudah mendapat pendidikan yang layak atau tidak disekolah, bagi mereka kalau sudah menyerahkan anak ke sekolah, pendidikan anak mereka sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah. Sehingga pengawasan terhadap sekolah jadi berkurang, begitu juga dengan pihak pengelola nagari yang kurang memanfaatkan pelimpahan wewenang yang diberikan Pemerintah Daerah ke Pemerintahan Nagari untuk melakukan pengawasan terhadap sekolah-sekolah yang ada. Sehingga kita tidak mengetahui kondisi permasalahan yang terjadi di setiap sekolah yang ada, seperti contoh saat ada salah seorang oknum guru sekolah dasar di kampung yang selalu datang terlambat, bahkan sering tidak datang kesekolah, kalaupun datang keberadaannya tidak memberikan teladan yang baik kepada anak-anak kita dan itu sudah berlangsung selama + 20 tahun, tanpa ada seorang-pun dari Pemerintah Nagari/Pemuka Masyarakat maupun wali murid yang mempermasalahkannya. Jadi wajar kalau prestasi anak-anak kita cenderung menurun dikarenakan kurang nya perhatian kita terhadap pendidikan anak.
c. Sarana dan prasarana tidak terkelola dengan baik, kita sungguh beruntung memiliki banyak pilihan untuk menyekolahkan anak-anak kita, dengan banyaknya sekolah didalam nagari mulai dari tingkat SD s/d SMA, baik itu negeri maupun swasta. Sekarang tinggal bagaimana kita memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas tersebut untuk menunjang pendidikan anak-anak kita. untuk sekolah swasta kita mempunyai MTsM, dan MAM dimana keduanya merupakan sekolah berbasis Muhammadiyah yang dibiaya dengan swadaya masyarakat, baik yang ada di kampung maupun di perantauan. Keduanya memiliki prestasi yang cukup bagus dan patut dibanggakan, seperti kita ketahui tahun lalu MTsM berhasil meraih NEM tertinggi di Kab. Solok untuk tingkat SLTP, sedangkan MAM tiap tahun siswa nya diterima diperguruan tinggi negeri melalui jalur PMDK, bahkan tahun 2005 kemarin 11 dari 15 siswanya yang lulus diterima melalui jalur PMDK. Disamping itu mereka juga menyediakan beasiswa bagi mereka yang kurang mampu, salah satunya dengan sistem orang tua asuh. Dengan adanya beasiswa tersebut secara tidak langsung sudah mampu mengatasi permasalahan mahalnya biaya pendidikan yang selama ini dikeluhkan oleh orang tua murid. Tetapi sayangnya prestasi yang diraih dan fasilitas yang mereka tawarkan kurang mendapat apresiasi dari masyarakat, terbukti dengan sangat sedikit dari anak-anak kita yang memanfaatkan fasilitas tersebut, mereka lebih cenderung sekolah keluar, dengan kualitas didikan boleh dikatakan tidak lebih baik dari yang ada di kampung, bahkan fasilitas tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh siswa dari luar Saniangbaka. Sebagian dari warga kita lebih mengutamakan gengsi daripada kualitas, sehingga wajar saja muncul keluhan dari sebagian besar masyarakat akan mahalnya biaya pendidikan. Selain kurangnya apresiasi dari masyarakat, sekolah-sekolah yang ada terkesan berjalan sendiri-sendiri, tanpa ada koordinasi diantara mereka. Alangkah lebih bermanfaatnya semua unsur pendidikan yang ada saling bekerjasama dalam membangun pendidikan anak nagari, dengan menghilangkan perbedaan, sehingga membentuk sebuah sinergi yang nantinya akan mengkristal menjadi sebuah kekuatan dalam bentuk pendidikan berbasis nagari.
d. Kreatifitas anak tidak berkembang dengan baik, Salah satu pilar pendidikan yang ditetapkan UNESCO (1996), adalah belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do). Dewasa ini keterampilan sangat dibutuhkan untuk menopang kehidupan seseorang, bahkan keterampilan bisa lebih dominan daripada penguasaan ilmu pengetahuan dalam mendukung keberhasilan hidup seseorang. Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh generasi muda Saniangbaka saat ini adalah kurangnya keterampilan (life skill). Permasalahan ini muncul karena kurangnya sarana dan prasarana untuk menyalurkan minat dan bakat, sehingga mereka cenderung bertindak negatif, dan tidak sedikit yang terjerumus ke jurang Narkoba. Arah pembangunan nagari yang belakangan ini lebih mengutamakan pembangunan infrastruktur turut menjadi penyebabnya. Betapa banyak remaja Saniangbaka yang menjadi penganguran terselubung dirantau, semua itu disebabkan karena mereka tidak memiliki keterampilan yang dibawa kerantau selain manggaleh, sehingga mereka kalah berkompetisi dalam menghadapi kerasnya persaingan hidup di kota besar. Mereka tidak punya bekal yang cukup untuk pergi merantau, karena memang kita tidak membekali mereka dengan keterampilan sejak dini.
e. Derasnya pengaruh rantau, merantau sudah menjadi salah satu cita-cita bagi generasi muda Saniangbaka, cucuran dana yang tidak henti-hentinya mengalir ke kampung membuat mereka terbuai dengan pesona yang ditebarkan dunsanak-dunsanak yang pulang dari rantau. Bahkan orang tua banyak yang lebih menginginkan anaknya pergi merantau dari pada melanjutkan pendidikan. Tamat SMA merupakan batas maksimal garansi pendidikan bagi anak-anak mereka, setelah itu mereka akan menyarankan anaknya untuk pergi merantau. Sugesti tentang indahnya hidup dirantau sudah dihembuskan kepada anak-anak mereka semenjak kecil, akibatnya sianak menjadi malas belajar, karena angan-angan untuk merantau sudah begitu kuat mempengaruhinya, sehingga banyak anak-anak yang putus sekolah (tidak tamat SMA), dan pergi merantau. Dapat kita bayangkan bagaimana minimnya modal yang mereka bawa untuk mengadu nasib dirantau. Berkaca dari permasalahan tersebut, wajar bila banyak remaja kita yang gagal diperantauan.

2. Perguruan Tinggi
Sampai saat ini Saniangbaka memiliki cukup banyak sarjana, baik lulusan perguruan tinggi negeri, maupun swasta. Untuk Kota Padang saja rata-rata dalam satu tahun meluluskan + 20 orang sarjana asal Saniangbaka. Dari sekian banyak lulusan tersebut, sangat sedikit dari mereka yang berhasil mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka, bahkan lebih banyak yang memilih pergi merantau untuk mencari kerja, yang ujung-ujungnya mereka akhirnya manggaleh juga.
Kondisi yang demikian semakin memperkuat asumsi masyarakat dikampung bahwasanya merantau lebih menjanjikan dari pada melanjutkan pendidikan. Seperti yang jamak dikatakan orang tua kepada anaknya, bahwasanya kuliah hanya akan menghabiskan waktu dan uang saja. Ujung-ujungnya setelah tamat nanti pasti manggaleh dirantau. Kalau biaya kuliah itu dijadikan modal untuk manggaleh, dalam jangka waktu 5 tahun akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Sugesti inilah yang menyebabkan mereka enggan menyekolahkan anak mereka tinggi-tinggi.
Berkaca dari aktifitas mahasiswa kita yang ada di Kota Padang, menurut hemat penulis, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa para sarjana asal Saniangbaka banyak yang gagal memasuki dunia kerja, diantaranya adalah:
a. Salah memilih jurusan
Banyak mahasiswa Saniangbaka yang tidak paham dengan jurusan yang mereka ambil, sebagian besar dari mereka baru menyadari ketika sudah kuliah beberapa semester. Sebagai contoh dalam 10 tahun terakhir ini untuk Universitas Andalas Padang, mahasiswa asal Saniangbaka banyak yang kuliah di Fakultas Pertanian. Setiap tahun ajaran baru siswa Saniangbaka selalu ada yang diterima di Fakultas tersebut. Bukan bermaksud menyepelekan Fakultas Pertanian, tidak, karena sampai saat ini dari sekian banyak mahasiswa tersebut ketika ditanya “kenapa memilih fakultas pertanian,” sebagian mereka tidak mampu menjawab dengan pasti tujuan mereka memilih jurusan tersebut, begitu juga denga lulusannya sampai saat ini banyak yang menganggur atau banting stir jadi pedagang. Kenyataan tersebut diatas tidak bisa kita salahkan,karena memang sampai saat ini tidak ada satu lembaga-pun yang memandu calon mahasiswa asal Saniangbaka memilih jurusan di Perguruan tinggi, baik itu IPPSB, ataupun para tokoh pendidikan yang ada di kampung. Akibatnya bakat mereka tidak tersalurkan dengan baik, sehingga mereka kuliah tidak sungguh-sungguh . Mudah-mudahan hal ini bisa menjadi bagian dari program kerja LAPPENSRA.
b. Mahalnya Biaya Kuliah
Biaya kuliah yang tinggi merupakan momok yang paling menakutkan bagi orang tua dalam menguliahkan anaknya. dalam kondisi sulit seperti sekarang ini dimana biaya hidup makin hari makin bertambah tinggi, pendidikan menjadi barang yang mahal, apalagi bagi mereka yang ekonominya yang pas-pasan. Mereka berfikir dua kali untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke perguruan tinggi. Sampai saat di Saniangbaka belum ada beasiswa yang khusus diperuntukkan bagi anak yang kurang mampu yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bantuan masih terbatas sampai sekolah menengah. Wacana ini sudah sering mengemuka, termasuk dalam acara silaturahmi antara pemuka masyarakat dengan IPPSB Padang setahun yang lalu di Fakultas Kedokteran Unand, tapi realisasinya belum nampak sampai sekarang. Saat ini prestasi pendidikan Saniangbaka diibaratkan lado mati pucuk, prestasi bagus yang diraih para pelajar kita hanya sampai tingkat sekolah menengah setelah itu hilang dari peredaran dikarenakan tidak adanya biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri, sehingga mereka lebih memilih pergi merantau.
Sebenarnya tingginya biaya kuliah bisa diminimalisir dengan tekad yang kuat untuk berhasil, banyak peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa untuk dapat meringankan biaya hidup sehari-hari, ditambah lagi dengan banyaknya beasiswa yang ditawarkan bagi mereka yang tidak mampu,baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta. Sebut saja namanya Daspan, mahasiswa Unand yang berasal dari Bengkulu mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan rajin menulis artikel, dan mengirimkannya ke media massa atau zulham yang menjual roti pada pagi hari sebelum berangkat kuliah, atau Amin yang bekerja sambil kuliah, untuk membiayai kuliahnya dan memenuhi nafkah keluarganya. Banyak orang-orang sukses yang bekerja sambil kuliah, mereka berhasil karena memiliki tekad dan kemauan yang untuk menjadi orang besar, seperti Menteri BUMN Sugiharto, yang membiayai sekolahnya dengan menjadi tukang parkir, Budiman, S.Ag. anggota DPRD Kota Padang, yang membiayai kuliahnya dengan menjadi garin mesjid, atau contoh yang lebih dekat, Abel Tasman, S.Sos. yang semenjak kuliah sudah aktif menulis dimedia massa baik lokal maupun nasional, mereka mampu memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya. Pada akhirnya mereka berhasil di dunia kerja, karena ketika masih kuliah mereka sudah terbiasa menaklukkan kerasnya tantangan hidup, sehingga setelah tamat mereka tidak terlalu bergantung lagi kepada ijazahnya, karena mereka sudah mengetahui jalur-jalur mana yang akan mereka tempuh menuju masa depan.

c. Kurangnya tekad untuk menjadikan pendidikan sebagai modal untuk meraih masa depan
Saat ini terjadi kemenduaan pada diri mahasiswa kita, antara kuliah dan merantau. Akibatnya ketika kuliah mereka berfikir bahwasanya, kalaupun setelah tamat kuliah mereka gagal mendapatkan pekerjaan, masih ada alternatif lain yang lebih menjanjikan bagi masa depan mereka, yaitu pergi merantau, sehingga motivasi untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu jadi berkurang. Kondisi sangat berbeda dengan Dunsanak kita yang berhasil dirantau, dimana dengan tekad yang kuat mereka sudah siap menghadapi apapun kemungkinan yang akan terjadi, karena mereka sudah yakin bahwa itulah jalan satu-satunya untuk dapat bertahan hidup, sebelum berangkat mereka sudah bertekad untuk tidak akan pulang sebelum berhasil. Tekad yang kuat dan keinginan untuk berhasil merupakan satu-satunya modal yang mereka bawa ke negeri seberang. Dari segi materi mereka hanya bermodalkan ongkos untuk sampai di tempat tujuan. Justru sebaliknya hal tersebut tidak kita temui pada mahasiswa kita. Sebelum kuliah mereka menghitung modal dan menentukan sumber dana terlebih dahulu untuk membiayai kuliah. Boleh dikatakan selama menempuh perkuliahan mayoritas dari mereka tidak begitu mendapat kesulitan yang berarti dalam hal biaya, sehingga mereka tidak begitu mendapat tantangan dalam menyelesaikan kuliahnya. Tekad yang bulat akan menghasilkan kesungguhan dalam berusaha, kalau sudah begitu keberhasilan akan datang dengan sendirinya.

d. Kurang Aktif dalam Organisasi Dan Kegiatan Kampus.
Sangat sedikit dari mahasiswa kita yang berkecimpung dalam organisasi dan kegiatan kemahasiswaan. Ini dapat dilihat dengan minimnya aktifitas dari IPPSB, yang merupakan satu-satunya organisasi kepemudaan yang ada di Saniangbaka. Belum ada kontribusi yang sangat berarti yang bisa mereka berikan. Bahkan keberadaanyapun tidak begitu jelas, hidup segan mati pun tak mau. Sebenarnya kalau kita menyadari, keterlibatan dalam organisasi sangat berperan penting untuk mempersiapkan diri guna memasuki dunia kerja. Orang yang aktif dalam kegiatan organisasi diibaratkan telah melangkahkan separo kakinya kedalam duni kerja. Di organisasilah kita diasah untuk dapat berkomunikasi dengan baik, mengelola administrasi organisasi, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dengan tim, dan banyak manfaat lainnya. Semua aktifitas tersebut akan kita temui didunia kerja nantinya, dan tidak akan kita dapatkan dibangku kuliah.

Itulah gambaran dari sedikit permasalahan pendidikan yang ada didalam nagari saat ini, mayoritas masyarakat dikampung memandang pendidikan tinggi bukan hal yang menjanjikan untuk masa depan anak mereka, mereka lebih suka anaknya pergi merantau dari pada melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Pola pikir masyarakat ini berpengaruh besar terhadap cara anak dalam memandang arti penting pendidikan bagi masa depan mereka.
Sebagian besar dari remaja di kampuang terlena dengan hembusan angin rantau, karena sedari kecil sudah diberi sugesti baik oleh orang tua maupun lingkungan masyarakat akan keindahan hidup dirantau, yang menyebabkan lemahnya semangat mereka untuk melanjutkan pendidikan, sehingga banyak dari mereka yang putus sekolah. Padahal mereka mempunyai potensi besar dan prestasi yang sangat bagus ditingkat sekolah dasar dan menengah, tapi tidak sampai ke perguruan tinggi, ditambah lagi dengan faktor mahalnya biaya pendidikan.
Untuk pendidikan dasar menengah faktor ekonomi yang selama ini menjadi momok dan selalu dijadikan alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan ternyata bukan merupakan faktor penghalang bagi kelangsungan pendidikan anak-anak kita, karena kita mempunyai MTsM, MAM yang dari segi kualitas tidak kalah dari sekolah-sekolah negeri serta memberikan pendidikan murah dan banyak beasiswa bagi anak-anak kita, apalagi saat ini mereka menerapkan sistem orang tua asuh bagi anak-anak yang tidak mampu. Mahalnya biaya pendidikan lebih berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan di perguruan tinggi.
Ini semua bukan hanya tugas Wali Nagari, juga bukan LAPPENSRA, merupakan tugas kita semua untuk dapat membangun kembali pendidikan anak-anak kita, komitmen untuk menjadikan Saniangbaka sebagai nagari pendidikan hendaknya kita dukung bersama. Terbentuknya LAPPENSRA merupakan langkah awal untuk mewujudkan cita-cita yang kita idam-idamkan, “Saniangbaka Menjadi Nagari Pendidikan”.

1 comment:

Prediksi Togel said...

Selamat Datang di Website OM AGUS
Izinkan kami membantu anda
semua dengan Angka ritual Kami..
Kami dengan bantuan Supranatural
Bisa menghasilkan Angka Ritual Yang Sangat
Mengagumkan…Bisa Menerawang
Angka Yang Bakal Keluar Untuk Toto Singapore
Maupun Hongkong…Kami bekerja tiada henti
Untuk Bisa menembus Angka yang bakal Keluar..
dengan Jaminan 100% gol / Tembus…!!!!,hb=085-399-278-797
Tapi Ingat Kami Hanya Memberikan Angka Ritual
Kami Hanya Kepada Anda Yang Benar-benar
dengan sangat Membutuhkan
Angka Ritual Kami .. Kunci Kami Anda Harus
OPTIMIS Angka Bakal Tembus…Hanya
dengan Sebuah Optimis Anda bisa Menang…!!!
Apakah anda Termasuk dalam Kategori Ini
1. Di Lilit Hutang
2. Selalu kalah Dalam Bermain Togel
3. Barang berharga Anda udah Habis Buat Judi Togel
4. Anda Udah ke mana-mana tapi tidak menghasilkan Solusi yang

Jangan Anda Putus Asa…Anda udah
berada Di blog yang sangat Tepat..
Kami akan membantu anda semua dengan
Angka Ritual Kami..Anda
Cukup Mengganti Biaya Ritual Angka Nya
Saja… Jika anda Membutuhkan Angka Ghoib
Hasil Ritual Dari=OM AGUS, 2D,3D,4D
di jamin Tembus 100% silahkan:
Hub : (OM AGUS)
(085-399-278-797) atau klik = togelmalaysia134@gmail.com